CINTA KASIH ITU MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN KITA
Dalam perkembangan hidupnya, manusia di pengaruhi oleh hal-hal yang berasal dari dirinya sendiri (internal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar diri pribadinya (eksternal). Istilah lingkungan psikologi sosial menunjukkan hubungan antara aspek pribadi dan aspek sosial. Lingkungan budaya secara sosiologis merupakan hasil lingkungan sosial, karena jika di lihat dari sudut sosiologis kebudayaan merupakan hasil pergaulan hidup dalam wadah-wadah yang sering di sebut kelompok sosial atau masyarakat.A. Pengaruh Lingkungan Keluarga (orang tua)
Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Melalui lingkungan inilah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui lingkungan kelurga inilah anak mengalami proses sosialisasi awal. Orang tua biasanya mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, agar anak tersebut meperoleh dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui penanaman I siplin dan kebebasan serta penyerasiannya. Pada saat ini orang tua dan anggota keluarga lainnya melakukan sosialisasi melalui kasih sayang, atas dasar kasih sayang itu didik untuk mengenal nilai-nilai tertentu, seperti nilai ketertiban, nilai ketentraman dan nilai yang lainnya. Keluarga juga merupakan pelaksana pengawasan sosial yang penting. Banyak norma-norma kelompok yang di pelajari dalam keluarga dan dengan demikian merupakan pembatas tingkah laku yang sesuai. Kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dan kontrol kelembagaan yan mengatur peradilan, perkawinan, peranan-peranan pribadi maupun umum dari suami dan istri merupakan pelajaran yang luas di dalam keluarga.
Motivasi dan keberhasilan studi salah satunya di pengaruhi oleh lingkungan keluarga, apakah orang tua terlalu mementingkan disiplin atau memberikan kebebasan dari pada di siplin, ternyata keserasian atau keseimbangan keduanya sangat di perlukan.
Ada beberapa kritik anak pada orang tua, yaitu :
- Orang tua telalu kolot, ada juga yang mengatakan orang tua terlalu bebas
- Orang tua hanya memberikan nasehat
- Orang tua selalu menuntut hasil atau nilai sekolah baik
1. Peranan Ayah
Di Indonesia, seorang ayah di anggap sebagai kepala keluarga yang di harapkan mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang baik. Sesuai dengan ajaran-ajaran tradisional (= jawa), maka seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan yang baik (“ing ngarso sung tulodo”), memberikan semangat sehingga pengikut (anggota keluarga) itu kreatif (‘ing madyo bangun karso”), dan membimbing (“tut wuri handayani”). Sebagai seorang pemimpin di dalam rumah tangga, maka seorang ayah harus mengerti serta memahami kepentingan-kepentingan dari keluarga yang di pimpinnya.
Walaupun seorang anak tidak dengan terang-terangan meminta ayahnya untuk bersikap demikian tetapi pada umumnya anak-anak mengharapkan bahwa fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan. Di dalam proses sosialisasi, seorang ayah dapat harus dapat menanamkan hal-hal yang kelak di kemudian hari, merupakan modal utama untuk dapat bertahan sendiri. Misalnya nilai kejujuran, nilai kewibawaan dan rasa tanggung jawab.
2. Peranan Ibu
Peranan seorang ibu pada masa anak-anak sangat besar sekali. Wlaupun demikian, ada suatu kecenderungan bahwa peranan ibu mulai berubah, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut antara lain di sebabkan, karena hal-hal sebagai berikut :
- Kesempatan untuk bekaerja semakin banyak bagi para wanita
- Adanya lembaga-lembaga pendidikan lanjutan yang terbuka bagi para wanita
- Di bentuknya organisasi-organisasi wanita yang ada kaitannya dari tempat bekerja suami.
Fungsi Lingkungan Keluarga :
Pada dasarnya keluarga mempunyai funsi-fungsi pokok yang sulit rubah dan di gantikan oleh orang lain. Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain :
- Fungsi Biologik
ü Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota
ü Makin sulitnya fasilitas perumahan
ü Banyaknya anak di pandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga
ü Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat kurangnya fertilitanya
ü berubahnya dorongan daari agama agar keluarga mempunyai bayak anak
ü makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah
ü makin meluasnya pengetahuan dan penggunaan alat-alat kontrasepsi
- Fungsi Afeksi
- Fungsi sosialisasi
Sedangkan Mac Iver and Page mengatakan the “Primary Function” dari keluarga modern adalah :
ü Prokreasi dan memperhatikan serta membesarkan anak
ü Kepuasan yang lebih stabil dari kebutuhan seks masing-masing pasangan
ü Bagian dari rumah tangga, dengan gabungan materialnya. Kebudayaan dan kasih sayang.
©
B. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah segala faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar diri pribadi. Secara konsepsional, maka lingkungan sosial mencakup unsur-unsur :
© Proses sosial
Inti proses sosial adalah interaksi sosial yang merupakan proses hubungan timbale balik antar pribadi, antar kelompok dan antar pribadi dengan kelompok.
© Struktur sosial
Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial, oleh karena mencakup aspek-aspek sosial yang pokok yakni kelompok sosial, kebudayaan, lembaga-lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan dan wewenang.
© Perubahan-perubahan sosial
Yang di maksud dengan perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur sosial.
Secara sosiologis lingkungan budaya merupakan hasil lingkungan sosial. Hal ini di sebabkan, oleh karena kebudayaan merupakan hasil karya, hasil cipta dan hasil rasa yang di dasarkan pada karsa. Lingkungan budaya identik dengan nilai-nilai. Suatu nilai merupakan pandangan yang baik atau buruk mengenai sesuatu. Biasanya nilai-nilai terbentuk dari hasil pengalaman berinteraksi. Dari proses berinteraksi dengan pihak-pihak lain, manusia akan mendapatkan pandangan-pandangan tertentu mengenai sesuatu mengenai interaksi tersebut. Pengaruh lingkungan sosial maupun budaya sebenarnya a tidak berlangsung secara langsung terhadap anak-anak. Pengaruh tersebut berlangsung melalui unsur-unsur tertentu dalam masyarakat.
Sebagai sentral dan sekaligus anggota masyarakat, keluarga mempunyai inter-relasi dengan masyarakat di luar dirinya. Sehingga setiap individu dalam suatu keluarga berusaha untuk membawa citra keluarga di dalam masyarakat. Alam kehidupan sosial, tentu saja keluarga tidak terlepas dari kondisi-kondisi keluarga yang ada dalam masyarakat tersebut, baik norma-norma maupun nilai-nilai yang berlaku. Karena pada dasarnya norma dan nilai yang ada dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap tindakan –tindakan yang akan di jalankan oleh keluarga. Norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat bersifat kolektif dan mengikat, sehingga keluarga harus dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku. Penyesuaian diri dengan lingkungan sosial di sebut sosial adjustment. Oleh karena manusia juga berhubungan dengan masyarakat maka tingkah lakunya tidak saja harus menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik, tetapi juga dengan lingkungan sosialnya. Penyesuaian ini merupakan penyesuaian tingkah laku terhadap linkungan, di mana di dalam lingkungan tersebut terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku dalam lingkunan sosial tersebut. Lingkungan permainan anak-anak tentu saja berbeda dengan lingkungan orang-orang dewasa. Demikianlah, seorang mulai dari kecil di tuntut oleh lingkungannya untuk bertingkah laku seperti yang diatur dan di kehendaki oleh lingkungannya. Norma-norma yang berhubungan dengan keluarga begitu kuat melekat pada kebudayaan yang apabila mereka langgar merupakan disorganizing.
C. Kelompok Sepermainan
Kelompok sepermainan dan peranannya belum begitu tampak pengaruhnya pada masa kanak-kanak, walaupun pada masa itu seorang anak sudah mempunyai sahabat-sahabat yang terasa dekat sekali dengannya. Sahabat-sahabat itu memang di perlukan sebagai penyaluran berbagai aspirasi yang memperkuat unsur-unsur kepribadian yang di peroleh dari rumah. Sudah tentu bahwa sahabat juga cenderung dan memilki kesempatan yang besar untuk memberikan pengaruh yang baik dan benar, walaupun tidak mustahil bahwa ada sahabat yang memberikan pengaruh yang kurang baik. Kelompok sahabat tersebut berkembang dengan lebih luas, perkembangan lebih luas itu antara lain di sebabkan karena bertambah luas ruang lingkup pergaulannnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Kelompok-kelompok yang lebih besar yang lazimnya “klik”(clique) tersebut secara ideal mempunyai peranan yang positif dalam membangkitkan motivasi belajar dan keberhasilan studi.
- Peranan positif :
b) Rasa aman yang di timbulkan karena remaja di terima oleh kliknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri untuk hidup secara mansiri (tidak tergantung pada siapapun).
c) Di dalam klik tersebut seorang remaja dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takut, rasa khawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan mendapatkan yang wajar dari rekan-rekannya se-klik.
d) Klik memungkinkan remaja mengembangkan kemampuan dalam keterampilan-keterampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
e) Lazimnya suatu klik mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap secara dewasa.
Kesimpulan :
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah - nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendikan – nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Meskipun semua pihak bertanggung jawab atas pendidikan karakter calon generasi penerus bangsa (anak-anak), namun keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Untuk membentuk karakter anak keluarga harus memenuhi tiga syarat dasar bagi terbentuknya kepribadian yang baik, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Selain itu, jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anaknya juga menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak di rumah. Kesalahan dalam pengasuhan anak di keluarga akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik.
Kegagalan keluarga dalam melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, akan mempersulit institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) dalam upaya memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak-anak mereka dalam keluarga.
No comments:
Post a Comment