Saturday, March 17, 2012

Idealisme keindahan moral pada generasi muda



Pemuda atau Generasi Muda
Sebelum membahas mengenai masalah di kalangan generasi muda ini, baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian pemuda atau generasi muda. Pemuda atau generasi muda adalah suatu identitas bangsa sebagai penerus cita-cita perjuangan, mengharumkan nama bangsa serta sebagai sosok insani yang berperan dalam pembangunan bangsanya demi kemajuan bangsa dan negaranya.
Sosialisasi Pemuda
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
a) Proses sosialisasi
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang kain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari proses tersebut, seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses sosialisasi. 
b) Media Sosialisasi
• Orang tua dan keluarga
• Sekolah
• Masyarakat
• Teman bermain
• Media Massa.
c) Tujuan Pokok Sosialisasi
• Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya. 
• Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
Masalah Generasi Muda
Setiap generasi pasti memiliki masalah, namun masalah generasi muda inilah yang banyak menjadi sorotan. Ada beberapa masalah-masalah yang dihadapi generasi muda sekarang ini :
  1. Menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan muda
  2. Tidak mencintai produk bangsa. Sekarang ini banyak pemuda indonesia yang memakai merk-merk luar negeri
  3. Kurangnya kepedulian terhadap pendidikan
  4. Masih kurangnya kepedulian terhadap kesenian yang ada di indonesia
  5. Banyaknya kenakalan remaja, seperti tawuran, bolos sekolah, minum-minuman keras, narkoba dll
  6. Pergaulan yang semakin bebas yang berakibat merusak masa depan
  7. Masih banyaknya pengangguran
  8. Masih adanya anak bangsa yang tidak mengenyam pendidikan
  9. Kurangnya Lapangan pekerjaan
  10. Masih adanya kurangnya gizi yang menghambat kecerdasan
Potensi-potensi Generasi Muda/Pemuda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah :
  • Idealisme dan daya kritis
              Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, maka ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu senantiasa dilengkapi dengan landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
  • Dinamika dan Kreatifitas
             Adanya idealisme pada generasi muda, maka generasi muda memiliki potensi kedinamisan dan kreatifitas yakni kemampuan dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan dan penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada atau pun mengemukakan gagasan-gagasan atau alternatif yang baru sama sekali.
  • Keberanian mengambil resiko
             Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu adalah perlu jika kemajuan ingin diperoleh.
  • Optimis dan kegairahan semangat
              Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda akan merupakan daya pendorong untuk mencoba maju lagi.
  • Sikap kemandirian dan disiplin murni
             Generasi muda memiliki kemandirian untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya, agar dengan demikian mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
  • Terdidik
             Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif generasi muda secara relatif lebih terpelajar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi-generasi pendahulunya.
  • Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
             Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat merupakan hambatan jika hal itu dihayati secara sempit dan ekslusif.
  • Patriotisme dan nasionalisme
             Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan dan turut serta memiliki bangsa dan negara di kalangan generasi muda perlu digalakkan, pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapannya untuk membela dan mempertahankan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman. Dengan tekad dan semangat ini generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
  • Sikap ksatria
             Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan terus menjadi sikap  ksatria di kalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa.
  • Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi
             Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transformer dan dinamistor terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidikan serta penerapan teknologi, baik yang maju, madya maupun yang sederhana.
moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya ora ... generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.Ketiga, dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-o ... mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengaewasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin b ... faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dikalangan para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut:Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama .Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekua ... menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dikalangan para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut:Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama .Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontr ... kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moralanak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaanmoral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.Ketiga, dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.Sekarang ini sering kita dengar ... moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya or ... 
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya prilaku menyimpang dikalangan para remaja. Di antaranya adalah sebagai berikut:Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama .Sudah menjaditragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengandemikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuatpengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senanghati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinyaorang yangkurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama.Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agamadengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengaewasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuanTuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang ...

Mungkin kita semua sudah sering mendengar dan menyaksikan perilaku generasi muda yang menyimpang dari norma-norma moral, sosial maupun agama. Dalam lingkungan sosial di sekitar kita tinggal, banyak dijumpai anak-anak muda yang suka mabuk-mabukan, judi, atau bahkan ada yang berani mengompas orang-orang yang lewat. Kita juga sering mendengar anak-anak usia sekolah yang hamil di luar nikah. Begitu juga perilaku suporter sepak bola, yang tidak ubahnya bagai sekumpulan preman yang merusak apa saja yang dijumpainya. Perilaku mereka telah jauh menyimpang dari norma-norma sosial dan mengganggu ketertiban sosial, serta melanggar hak-hak orang lain.
Kondisi seperti ini tentu sangat memprihatinkan kita semua. Di tengah kondisi bangsa yang sedang berusaha bangkit dari keterpurukan secara ekonomi, moralitas generasi muda kita juga terpuruk. Hal ini sangat mengkhawatirkan kita semua, sebab merekalah yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang. Kita tidak bisa membayangkan apa jadinya bangsa ini jika nanti dipimpin oleh orang-orang yang tidak bermoral. Mungkin bangsa ini akan semakin kacau dan jauh tertinggal dari bangsa-bangsa lainnya.
Antara moral dan karakter keduanya tidak bisa dipisahkan. Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral, atau dengan kata lain, karakter adalah kualitas moral seseorang. Jika seseorang memiliki moral yang baik, maka karakter yang baik akan terwujud dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Karakter merupakan keseluruhan sifat kejiwaan, kepribadian, dan akhak atau budi pekerti yang membedakan seseorang manusia dengan manusia lainnya. Jadi, karakter adalah keseluruhan sifat manusia yang meliputi kemampuan, kebiasaan, kesukaan, perilaku, potensi, nilai, dan pola pikir seseorang.
Pada jaman sekarang manusia berkarakter kuat umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1). Keimanan dan ketakwaan yang tinggi.
2). Spiritualis yang kuat.
3). Emosionalitas yang stabil.
4). Kedisiplinan yang tinggi.
5). Sikap menghargai dan menghormati orang lain.
6). Berorientasi pada keunggulan dan kesempurnaan.
7). Kemampuan bekerjasama dengan pihak lain.
8). Memiliki sikap demokratis dan menjunjung tinggi hak asasi.
9). Sikap dan perilaku yang mengutamakan kebenaran.
Kualitas moral dan karakter seseorang dapat menentukan martabat dan adab orang tersebut. Demikian juga kualitas karakter sebuah bangsa akan menentukan martabat dan adab bangsa tersebut. Adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah usaha masyarakat dan bangsa dalam rangka mempersiapkan generasi mudanya bagi kelangsunag kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Pendidikan tentu bukan sekadar mentransfer ilmu dan keterampilan, tetapi juga merupakan internalisasi nilai-nilai dasar, khususnya nilai-nilai kemanusiaan kepada peserta didik.
Esensi pendidikan adalah proses yang membiasakan manusia sedini mungkin untuk mempelajari, memahami, menguasai, dan menerapkan nilai-nilai yang disepakati bersama sehingga berguna bagi individu, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini sesuai dengan pilar-pilar pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu dikembangkan di sekolah dengan maksud agar mampu membangun generasi masa depan, selain cerdas juga berakhlak dan mapu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa di antaranya adalah pengembangan, yaitu pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi.

No comments:

Post a Comment